Makanya jangan rakus, olahraga dong
jaga makannya!
Makanya jangan mudah percaya dengan
orang lain!
Harusnya kamu tidak melakukan hal
tercela seperti itu, kamu kan pemimpin!
Dasar kamu memalukan, kamu sadar
tidak apa yang sudah kamu lakukan!
Orang macam apa kamu hal seperti
itu saja kamu tidak bisa!

Saya sangat mengerti hal ini karena
sering mengalaminya dalam keluarga, dimana saat saya jatuh sakit saya justru
diberi tahu “makanya olaharaga, makanya jaga makannya, makanya jangan makan
cabe, makanya minum vitamin, makanya makanya makanya dan makanya”. Bukannya
membuat saya lebih dengan solusi justru ini membuat saya semakin menyesal dan
kesal karena perasaan bersalah. Secara tak langsung saya pun melakukan demikian
pada orang-orang terdekat saya saat mereka terjatuh. Tapi saat ini saya selalu
berusaha mengingat ini bahwa teguran di awal yang kita anggap untuk membantu
itu sebenarnya tidak membantu sama sekali.
Saya semakin mendapat pengertian
hal ini ketika salah seorang mentor saya yang menyelamatkan seorang pengusaha
yang jatuh terpuruk karena kesalahannya yang bermain nakal dalam bisnisnya. Di
saat komunitas rohani di sekitarnya justru bersikap keras dan mencoba mengucilkannya sebagai maksud
konsekuensi disiplin rohani (menurut mereka), tapi mentor ini justru tidak
menghakiminya. Ia berusaha merangkulnya dan menguatkannya agar tidak keluar
dari komunitas, walaupun tidaklah mudah, bahkan ia mengatakan pada komunitas
rohani ini harusnya merangkulnya karena orang yang jatuh terpuruk ini sudah
cukup terpuruk dengan kesalahannya dan dia sudah tau kesalahannya. Sampai
akhirnya dengan tetap mensupport tanpa menghakimi, orang yang terpuruk ini
pelan-pelan bangkit dan terus mendekatkan dirinya kepada Tuhan berkat respon
dan tindakan dari mentor ini. Saya tidak terbayang jika tidak ada yang merespon
untuk tidak menghakimi dan merangkul, mungkin orang itu akan semakin terpuruk
dan jadi jauh dari Tuhan bahkan meninggalkan Tuhan. Dan saya percaya inilah
yang Tuhan Yesus ajarkan pada kita untuk mengangkat orang yang jatuh terpuruk.
Ingatkah kita kisah wanita yang
tertangkap basah berzinah diseret-seret orang farisi ke hadapan Yesus? Apakah
Yesus langsung menghakiminya? Tidak! Wanita itu sudah jelas-jelas tau
kesalahannya, untuk apa lagi ia dihakimi oleh Yesus. Bahkan Yesus mengatakan
bahwa jika ada yang tidak pernah berdosa boleh melempar batu terlebih dahulu.
Nah itulah yang harusnya kita ingat, kita semua pernah berdosa atau bisa
terjatuh, jadi bukan bagian kita lagi menghakimi. Harusnya ketika ada yang
terjatuh, tugas kita adalah mengangkatnya dari keterpurukan yang dia sudah tahu
kesalahannya.
Inilah alasan mengapa seorang hamba
Tuhan besar dari Houston, Texas yang bernama Joel Osteen selalu membawakan
khotbah mengenai encouragement jemaatnya
dalam Firman Tuhan. Dia mengatakan bahwa: “most poeple already know what
they’re doing wrong. When I get them to church I want to tell them that you can
change” (Kebanyakan orang sudah tahu kesalahan yang mereka lakukan. Ketika saya
mendapati mereka di gereja saya ingin mengatakan kepada mereka bahwa engkau
dapat berubah).
Jadi perenungan dari saya adalah
respon seseorang terhadap seorang yang terjatuh dipengaruhi oleh tingkat
kedewasaan rohaninya. Meskipun kebanyakan orang yang dipandang dewasa rohani
tidak mempunyai respon yang tepat terhadap orang yang terjatuh. Dari tulisan
ini saya mengajak kita untuk meresponi orang yang terjatuh dengan tepat, jangan
langsung menhujaninya dengan tuduhan-tuduhan yang berkedok
saran/masukan/kritik/nasihat. Sebaiknya saran/masukan/nasihat/kritik itu
diberikan saat orang tersebut memintanya, karena saat dia memintanya berarti
dia cukup kuat untuk diberitahu dan berarti dia tidak mengerti kesalahannya dan
tidak terpuruk. Mari kita tolong orang yang terjatuh dengan menjadi SOLUSI
baginya bukan menjadi POLISI baginya. Tapi bagaimana dia sudah ditolong malah
tidak berubah, simpel saja itu artinya dia tidak menyadari kesalahannya dan
berarti tidak tepat menolong yang demikian, yang saya maksud di atas adalah
orang yang sudah sadar kesalahannya dan kita tidak perlu lagi
menunujuk-nunjuknya dengan perkataan penghakiman kita yang tidak menolong itu.
Sekarang saat ada yang sakit mari
respon kita adalah minimal tidak mencecarnya dengan kata-kata penghakiman untuk
lain kali rajin olahraga, jaga makan, dll. Sebaiknya kita menjenguknya dan
memberi penghiburan atau setidaknya mendoakannya.
Sekarang saat ada yang jatuh dalam
dosa dan dia sudah sangat menyesal dengan perasaan bersalah, mari kita katakan
kepadanya bahwa Tuhan mau mengampuninya dan kita pun mengampuninya dan terus
support moralnya.
Sekarang saat ada yang melakukan
kesalahan mungkin dalam bisnis atau pekerjaan dan ia sudah terpuruk karena feeling guilty, mari kita tidak langsung mengguruinya dengan kata-kata yang tidak perlu, tetapi kita support dan tidak mengucilkannya.
Dan yang perlu kita ingat adalah apakah respon
orang tersebut sudah tahu bahwa ia bersalah dan cukup merasa bersalah, itulah yang
harus kita rangkul dan support, jangan
kita jadi POLISI baginya tapi jadilah SOLUSI.