Sabtu, 17 Juni 2017

POLISI atau SOLUSI

Makanya jangan rakus, olahraga dong jaga makannya!
Makanya jangan mudah percaya dengan orang lain!
Harusnya kamu tidak melakukan hal tercela seperti itu, kamu kan pemimpin!
Dasar kamu memalukan, kamu sadar tidak apa yang sudah kamu lakukan!
Orang macam apa kamu hal seperti itu saja kamu tidak bisa!

Apakah kata-kata di atas terasa familiar bagi kita? Ya itu adalah reaksi kebanyakan kita ketika kita mengetahui seseorang yang kita kenal “jatuh”. Jatuh yang dimaksud bisa saja jatuh sakit, jatuh tertipu orang lain, jatuh karena kesalahan, jatuh dalam dosa, dan jatuh lainnya. Kita terkadang terlalu cepat bereaksi terhadap kejatuhan orang lain, dan merasa kita lebih baik, padahal kita sendiri tidak luput dari kejatuhan. Meskipun terkadang reaksi kita itu kita maksudkan untuk kebaikan orang yang terjatuh tersebut dengan mengatasnamakan nasihat/saran/masukan, tapi pada dasarnya itu bukanlah hal yang dibutuhkan oleh orang-orang yang terjatuh, karena kebanyakan mereka (atau mungkin kita) yang terjatuh sudah tahu kesalahan kita. Orang yang terjatuh tidak membutuhkan tuduhan-tuduhan, saran-saran, kritik-kritik, terguran-teguran pada saat ia sudah terpuruk. Orang yang sudah terpuruk sudah cukup buruk harinya dengan penyesalannya akan kesalahannya, janganlah kita menambahkannya lagi dengan hal-hal sampah yang kita anggap sebagai kebaikan baginya, padahal hanya membuatnya makin terpuruk.

Saya sangat mengerti hal ini karena sering mengalaminya dalam keluarga, dimana saat saya jatuh sakit saya justru diberi tahu “makanya olaharaga, makanya jaga makannya, makanya jangan makan cabe, makanya minum vitamin, makanya makanya makanya dan makanya”. Bukannya membuat saya lebih dengan solusi justru ini membuat saya semakin menyesal dan kesal karena perasaan bersalah. Secara tak langsung saya pun melakukan demikian pada orang-orang terdekat saya saat mereka terjatuh. Tapi saat ini saya selalu berusaha mengingat ini bahwa teguran di awal yang kita anggap untuk membantu itu sebenarnya tidak membantu sama sekali.

Saya semakin mendapat pengertian hal ini ketika salah seorang mentor saya yang menyelamatkan seorang pengusaha yang jatuh terpuruk karena kesalahannya yang bermain nakal dalam bisnisnya. Di saat komunitas rohani di sekitarnya justru bersikap keras  dan mencoba mengucilkannya sebagai maksud konsekuensi disiplin rohani (menurut mereka), tapi mentor ini justru tidak menghakiminya. Ia berusaha merangkulnya dan menguatkannya agar tidak keluar dari komunitas, walaupun tidaklah mudah, bahkan ia mengatakan pada komunitas rohani ini harusnya merangkulnya karena orang yang jatuh terpuruk ini sudah cukup terpuruk dengan kesalahannya dan dia sudah tau kesalahannya. Sampai akhirnya dengan tetap mensupport tanpa menghakimi, orang yang terpuruk ini pelan-pelan bangkit dan terus mendekatkan dirinya kepada Tuhan berkat respon dan tindakan dari mentor ini. Saya tidak terbayang jika tidak ada yang merespon untuk tidak menghakimi dan merangkul, mungkin orang itu akan semakin terpuruk dan jadi jauh dari Tuhan bahkan meninggalkan Tuhan. Dan saya percaya inilah yang Tuhan Yesus ajarkan pada kita untuk mengangkat orang yang jatuh terpuruk.
Ingatkah kita kisah wanita yang tertangkap basah berzinah diseret-seret orang farisi ke hadapan Yesus? Apakah Yesus langsung menghakiminya? Tidak! Wanita itu sudah jelas-jelas tau kesalahannya, untuk apa lagi ia dihakimi oleh Yesus. Bahkan Yesus mengatakan bahwa jika ada yang tidak pernah berdosa boleh melempar batu terlebih dahulu. Nah itulah yang harusnya kita ingat, kita semua pernah berdosa atau bisa terjatuh, jadi bukan bagian kita lagi menghakimi. Harusnya ketika ada yang terjatuh, tugas kita adalah mengangkatnya dari keterpurukan yang dia sudah tahu kesalahannya.

Inilah alasan mengapa seorang hamba Tuhan besar dari Houston, Texas yang bernama Joel Osteen selalu membawakan khotbah mengenai encouragement jemaatnya dalam Firman Tuhan. Dia mengatakan bahwa: “most poeple already know what they’re doing wrong. When I get them to church I want to tell them that you can change” (Kebanyakan orang sudah tahu kesalahan yang mereka lakukan. Ketika saya mendapati mereka di gereja saya ingin mengatakan kepada mereka bahwa engkau dapat berubah).

Jadi perenungan dari saya adalah respon seseorang terhadap seorang yang terjatuh dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan rohaninya. Meskipun kebanyakan orang yang dipandang dewasa rohani tidak mempunyai respon yang tepat terhadap orang yang terjatuh. Dari tulisan ini saya mengajak kita untuk meresponi orang yang terjatuh dengan tepat, jangan langsung menhujaninya dengan tuduhan-tuduhan yang berkedok saran/masukan/kritik/nasihat. Sebaiknya saran/masukan/nasihat/kritik itu diberikan saat orang tersebut memintanya, karena saat dia memintanya berarti dia cukup kuat untuk diberitahu dan berarti dia tidak mengerti kesalahannya dan tidak terpuruk. Mari kita tolong orang yang terjatuh dengan menjadi SOLUSI baginya bukan menjadi POLISI baginya. Tapi bagaimana dia sudah ditolong malah tidak berubah, simpel saja itu artinya dia tidak menyadari kesalahannya dan berarti tidak tepat menolong yang demikian, yang saya maksud di atas adalah orang yang sudah sadar kesalahannya dan kita tidak perlu lagi menunujuk-nunjuknya dengan perkataan penghakiman kita yang tidak menolong itu.

Sekarang saat ada yang sakit mari respon kita adalah minimal tidak mencecarnya dengan kata-kata penghakiman untuk lain kali rajin olahraga, jaga makan, dll. Sebaiknya kita menjenguknya dan memberi penghiburan atau setidaknya mendoakannya. 
Sekarang saat ada yang jatuh dalam dosa dan dia sudah sangat menyesal dengan perasaan bersalah, mari kita katakan kepadanya bahwa Tuhan mau mengampuninya dan kita pun mengampuninya dan terus support moralnya.

Sekarang saat ada yang melakukan kesalahan mungkin dalam bisnis atau pekerjaan dan ia sudah terpuruk karena feeling guilty, mari kita tidak langsung mengguruinya dengan kata-kata yang tidak perlu, tetapi kita support dan tidak mengucilkannya.

Dan yang perlu kita ingat adalah apakah respon orang tersebut sudah tahu bahwa ia bersalah dan cukup merasa bersalah, itulah yang harus kita rangkul dan support, jangan kita jadi POLISI baginya tapi jadilah SOLUSI. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar