Masih teringat jelas kejadian saat saya masih kelas 3 SMP
dimana saya terpaksa harus meminta izin ke toilet untuk buang air kecil dengan
guru Penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) alias guru olahraga yang
terkenal cukup galak alias killer, saat itu tidak seperti biasanya mata
pelajaran olaharaga di dalam kelas. Karena sudah sangat kebelet jadi saya meminta izin, dan saat meminta izin saya di
tanyakan pertanyaan yang aneh oleh guru saya.
Saya: “Pak minta izin”, dengan perasaan agak takut.
Guru: “Mau izin apa?”, dengan tatapan yang tidak
menyenangkan.
Saya: “Izin ke belakang Pak”
Guru: “Ngapain ke belakang??”
Saya: “Buang air kecil Pak”
Guru: “Loh kenapa dibuang airnya? Saying dong dibuang”
Saya: “Karena sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan
bisa menjadi racun Pak kalau tidak dibuang”
Guru: “hehe, ya sudah sana!”
Saya: “makasih Pak”, saya masih terheran dan tak menyangka
guru saya malah tertawa.
Saat itu saya tidak tahu bagaimana saya bisa mendadak
menjawab seperti itu, tiba-tiba teringat pelajaran biologi mengenai urin dan feses, dan saya sangat bersyukur bahwa bisa mengingat hal tersebut
saat sedang kebelet dan sedikit takut dengan guru olahraga yang
killer itu. Yah tapi itu memang benar bahwa kita harus buang air kecil dan air besar
setiap hari supaya tidak menjadi sampah di tubuh kita dan akhirnya meracuni
tubuh kita, kalau ga percaya coba aja
tahan pub selama 3 hari dan pip seharian. hehe…
Kalau secara tubuh saja kita perlu membuang bagian dari
proses metabolism supaya tidak keracunan, apalagi secara rohani. Banyak dari
kita yang terkadang tidak sadar ada banyak hal yang diproduksi secara rohani
yang sebenarnya jika didiamkan atau tidak dibuang akan membuat keracunan secara
rohani. Apakah itu?? Ya tentu saja itu
adalah sampah-sampah atau kotoran-kotoran rohani yang dihasilkan oleh hati yang
kotor, yaitu seperti iri hati, dendam, benci, amarah, mementingkan diri
sendiri, kepahitan, hawa nafsu, dll. Apabila kita membiarkan hal-hal tersebut
diam di dalam rohani kita maka sama seperti hukum pada tubuh kita
kotoran-kotoran atau hal-hal buruk tersebut akan menjadi racun bagi rohani
kita. Jadi, seharusnya kita tidak lagi mempertahankan jika kita mengerti
prinsip tersebut. Contohnya jika kita mempertahankan kepahitan di dalam hati kita,
maka kita tidak sadar bahwa kita merasa hidup kita selalu pahit dan tidak bisa
memandang orang lain dengan positif sehingga meracuni kehidupan kita dalam
kehidupan sosial bahkan membuat kita sulit untuk maju dan bertumbuh dalam
Tuhan.
Saya sangat amat yakin banyak dari kita mengerti prinsip ini tetapi kita
masih mempertahankannya karena kita masih mau meng-entertaint diri kita (kedagingan kita). Jadi, jangan biarkan ‘kotoran-kotoran’
yang harus dibuang itu mengganggu kesehatan rohani dan bahkan kesehatan jiwa
dan tubuh kita juga.. Mari sama-sama kita “buang kotoran”… :D
God bless us!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar