Jumat, 08 Januari 2016

"Buang Air"


Masih teringat jelas kejadian saat saya masih kelas 3 SMP dimana saya terpaksa harus meminta izin ke toilet untuk buang air kecil dengan guru Penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) alias guru olahraga yang terkenal cukup galak alias killer,  saat itu tidak seperti biasanya mata pelajaran olaharaga di dalam kelas. Karena sudah sangat kebelet jadi saya meminta izin, dan saat meminta izin saya di tanyakan pertanyaan yang aneh oleh guru saya.
Saya: “Pak minta izin”, dengan perasaan agak takut.
Guru: “Mau izin apa?”, dengan tatapan yang tidak menyenangkan.
Saya: “Izin ke belakang Pak”
Guru: “Ngapain ke belakang??”
Saya: “Buang air kecil Pak”
Guru: “Loh kenapa dibuang airnya? Saying dong dibuang”
Saya: “Karena sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan bisa menjadi racun Pak kalau tidak dibuang”
Guru: “hehe, ya sudah sana!”
Saya: “makasih Pak”, saya masih terheran dan tak menyangka guru saya malah tertawa.

Saat itu saya tidak tahu bagaimana saya bisa mendadak menjawab seperti itu, tiba-tiba teringat pelajaran biologi mengenai urin dan feses, dan saya sangat bersyukur bahwa bisa mengingat hal tersebut saat sedang kebelet  dan sedikit takut dengan guru olahraga yang killer itu. Yah tapi itu memang benar bahwa kita harus buang air kecil dan air besar setiap hari supaya tidak menjadi sampah di tubuh kita dan akhirnya meracuni tubuh kita, kalau  ga percaya coba aja tahan pub selama 3 hari dan pip seharian. hehe…

Kalau secara tubuh saja kita perlu membuang bagian dari proses metabolism supaya tidak keracunan, apalagi secara rohani. Banyak dari kita yang terkadang tidak sadar ada banyak hal yang diproduksi secara rohani yang sebenarnya jika didiamkan atau tidak dibuang akan membuat keracunan secara rohani. Apakah itu?? Ya  tentu saja itu adalah sampah-sampah atau kotoran-kotoran rohani yang dihasilkan oleh hati yang kotor, yaitu seperti iri hati, dendam, benci, amarah, mementingkan diri sendiri, kepahitan, hawa nafsu, dll. Apabila kita membiarkan hal-hal tersebut diam di dalam rohani kita maka sama seperti hukum pada tubuh kita kotoran-kotoran atau hal-hal buruk tersebut akan menjadi racun bagi rohani kita. Jadi, seharusnya kita tidak lagi mempertahankan jika kita mengerti prinsip tersebut. Contohnya jika kita mempertahankan kepahitan di dalam hati kita, maka kita tidak sadar bahwa kita merasa hidup kita selalu pahit dan tidak bisa memandang orang lain dengan positif sehingga meracuni kehidupan kita dalam kehidupan sosial bahkan membuat kita sulit untuk maju dan bertumbuh dalam Tuhan. 

Saya sangat amat yakin banyak dari kita mengerti prinsip ini tetapi kita masih mempertahankannya karena kita masih mau meng-entertaint diri kita (kedagingan kita). Jadi, jangan biarkan ‘kotoran-kotoran’ yang harus dibuang itu mengganggu kesehatan rohani dan bahkan kesehatan jiwa dan tubuh kita juga.. Mari sama-sama kita “buang kotoran”… :D


God bless us!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar