Jumat, 05 Oktober 2012

Refresh

Beberapa minggu lalu dalam perjalan kembali dari BSD (serpong) ke Jakarta, badan saya terasa lelah dan mengantuk, padahal sedang mengendarai motor di jalan yang termasuk ramai lancar dengan kecepatan sedang agak kencang. Akhirnya saya putuskan berhenti sejenak sambil melihat bbm masuk, tapi tidak sampai semenit saya paksakan jalan lagi ternyata ngantuk masih mendera. Rasanya rugi untuk berhenti sejenak lagi karna perjalanannya cukup lama dan akan menghadapi macet di daan mogot lagi. Akhirnya lagi saya putuskan lagi untuk berhenti, dan kali ini lebih lama, pikir saya dari pada terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan, lebih baik berhenti lima menitan dan segar kembali, apalagi waktu itu flu sudah mulai terasa gejalanya. Saya mencoba merefresh tubuh dan pikiran supaya bisa lebih fokus dalam mengendarai motor, dan itu berhasil sampai saya di Jakarta, saya tidak tau apa jadinya kalau saya tidak memaksakan diri untuk istirahat sebentar di pinggir jalan, dan saya bersyukur dengan keputusan saya itu. Thanks God!

Dari cerita itu saya menangkap kita memang perlu refreshment -penyegeran kembali- dalam hal apapun. Saat kita lelah secara fisik kita perlu istirahat sebentar supaya dapat kekuatan kembali. Ketika kita merasa jenuh atau sudah merasa tidak ada ide yang harus dikeluarkan, sudah seharusnya kita refresh lagi pikiran kita dengan rileks atau mengalihkan pikiran kita dengan hal yang lebih santai dan menyegarkan baru akhirnya nanti kita bisa melanjutkan pencarian ide kita. Bagi pelajar saat sedang belajar menemui titik jenuh dan rasanya lelah sekali mempelajari suatu bahan pelajaran maka dengan bijak harusnya pelajar tersebut jangan memaksa dirinya lagi dan refresh dulu sejenak, setelah segar kembali barulah belajar lagi. Bahkan banyak penemuan-penemuan bersejarah yang berhasil ditemukan setelah dilakukannya refreshing oleh sang penemu. Tapi sayangnya banyak orang yang tidak memperdulikan atau menganggap remeh soal refresh ini, dan terus berusaha keras memaksa dirinya untuk bekerja dan berpikir.

Saat kita tidak memaksakan atau membiasakan diri kita untuk direfresh setiap saat, maka itu sudah pertanda bahwa kita mengandalkan kekuatan kita sendiri. Padahal Tuhan Yesus sudah memberi teladan soal ini. Tiap pagi Dia bersekutu dengan Bapa dengan berdoa, sebenarnya saat itulah Ia sedang merefresh diri-Nya untuk menjalani hari-harinya. Itulah yang kita teladani dengan istilah saat teduh, dengan saat teduh berarti kita sedang membawa diri kita direfresh oleh Tuhan supaya siap menghadapi dunia ini yang dengan tekanan-tekanan dan godaan-godaannya. Saat teduh tentu saja adalah bersekutu dengan komunikasi dua arah dengan Tuhan. Komputer saja perlu direfresh, motor dan mobil saja perlu direfresh dengan ganti oli dan service berkala. Air conditioner juga harus direfresh dengan dibersihkan setiap periodenya (tergantung pemiliknya). Apalagi kita!?? Kita tentu saja harus direfresh secara fisik dengan cara tidur setiap hari, tapi apakah untuk rohani kita refresh setiap hari??

S0, sudahkah kita “refresh” hari ini??

Rabu, 04 April 2012

tahu + tidak dikerjakan = tidak tahu


Seminggu yang lalu saya dan partner kerja saya melakukan janji temu dengan adik kelas kami sewaktu masih SMK dulu untuk menawarkan peluang usaha. Setelah ngobrol-ngobrol kami tahu bahwa salah satu dari mereka yang adalah saudara kembar perempuan dan laki-laki ini bekerja di perusahaan motivator yang pekerjaannya melakukan seminar-seminar presentasi motivasi bagi perusahaan-perusahaan. Harapan kami sewaktu mengetahui dia bekerja di bidang motivasi seharusnya punya spirit yang positif karena banyak materi-materi motivasi yang dia ketahui yang mungkin mempengaruhi sikap dan respon-responnya terhadap apa yang terjadi pada hidupnya. Akan tetapi setelah berbincang-bincang kami merasakan 'aura' yang kurang positif darinya dan pernyataan-pernyataan yang tampak bukan seperti seorang pemenang karena perkataan yang keluar adalah perkataan-perkataan yang melemahkan diri sendiri. Padahal ketika teman saya memberitahukan mengenai kuasa perkataan kita terhadap diri kita, ia langsung berkata "itu ada di materi yang kami ajarkan". Saya pun langsung menyambar, "kalau tahu kenapa masih begitu ga jalani apa yang kalian ajarkan?!"

Begitulah gambaran kebanyakan orang, jangan-jangan karena terlalu banyak tahu dia jadi biasa dengan pernyataan-pernyataan membangun/motivasi/semangat/positif yang dia dengar, dia baca, dia dapat dari orang lain. Jadi istilah "TO KNOW AND NOT TO DO IS NOT TO KNOW" adalah benar. Tahu tapi tidak melakukan adalah sama dengan tidak tahu. Jangan sampai kita terbiasa dengan hal-hal seperti itu sehingga itu hanya angin lalu yang tidak mengubah sikap dan karakter kita, karena sejujurnya itu kita seperti menipu diri sendiri. Gambar di atas adalah gambar yang saya ambil sewaktu sedang ada pemberian Motivasi dari perusahaan saya bekerja di Manulife Financial. Mungkin tujuan manajemen memasang tulisan itu agar para tenaga penjual yang sering mendapatkan motivasi-motivasi tersebut tidaklah sia-sia. Buat apa kita tahu segala sesuatu yang baik tapi tidak tercerminkan dalam hidup kita?! Lebih baik hanya tahu sedikit tapi benar-benar diaplikasikan, tapi alangkah indahnya jikalau kita bisa banyak tahu tapi juga banyak yang diaplikasi, pasti hasilnya maximals. ;)

Yakobus 1: 22-23
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu dirimu sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."

GBU all...!!

Rabu, 07 Maret 2012

words + action


Tadi siang saya ke mini market di lingkungan sekolah, saya melihat seorang ibu menasihati anaknya untuk tidak makan snack. "jangan makan chiki loh nanti dimarahin papa!", si ibu menasihati. Lucunya sewaktu si ibu nasihati anaknya dia juga sambil makan snack yang sama, saya melihatnya dengan geli karena anaknya acuh tak acuh. Mungkin anaknya berkata dalam hati, "mama ajah makan chiki masa suruh aku ga boleh makan!?" Akhirnya si mama memberitahu anaknya untuk tidak bilang ke papanya kalau di habis makan snack itu.

Itu adalah pemandangan yang menggelikan tapi itulah yang sering terjadi di sekitar kita bahkan secara tak sadar pun kita melakukan hal serperti itu. Menasihati atau memberitahukan orang lain, tapi kita sendiri tidak melakukan apa yang kita lakukan. Mungkin ada yang pemimpin yang suruh memarahi anak buahnya untuk tidak telat, tapi dia sendiri suka telat. Mungkin ada guru yang memarahi anak muridnya untuk melarang merokok, tapi gurunya sendiri suka merokok. Seorang penjual multivitamin menawarkan produknya, tapi dia sendiri tidak pernah mengkonsumsi produknya tersebut. Seorang teman menasehati temannya yang lain agar tidak berkata-kata yang kasar/kotor, tapi terkadang ia sendiri masih suka keceplosan berkata-kata yang sama. Jadi pada intinya perkataan kita terhadap sesama kita itu tidak ada kekuatan/kuasanya pada saat kita mengatakan hal tersebut kepada orang lain agar dia melakukannya bila kita sendiri tidak melakukan apa yang kita perkatakan.

Memang benar ACTION SPEAK LOUDER THAN WORDS, tapi alangkah indahnya bila kita selain memperkatakan (words) tapi juga melakukannya (action), maka akan lebih powerfull daripada hanya action saja.

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7: 12)

Minggu, 26 Februari 2012

jatuh-bangun-jalan-jatuh-bangun

Amsal 24: 16 -Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.-

Saya menangkap sisi lain dari ayat tersebut, jatuh dalam ayat amsal tersebut bukan saya artikan sebgai kegagalan dalam hal biasa dibayangkan orang pada umumnya, seperti: kegagalan dalam usaha, kegagalan dalam studi, kegagalan dalam membina hubungan, kegagalan dalam pekerjaan, kegagalan dalam pelayanan, ataupun kegagalan dalam memimpin. Tapi ada hal kegagalan dimana anak Tuhan harus terus berjuang, yaitu menjaga "kekudusan".

Saya ini selalu mengendarai motor kemana-kemana. Beberapa hari yang lalu salah jalan karna kurangnya pengetahuan tentang peraturan lalu-lintas di daerah Tomang (memang tidak ada peraturan yang jelas di rambu-rambunya, dan biasanya saya lewat jalur tersebut dan tidak ada masalah), dan akhirnya saya diberhentikan polisi, yah sudah tahu dong ceritanya saya pasti minta ditilang saja daripada 'damai' yang malah buat saya tambah berdosa. habis ditilang saya melanjutkan perjalanan saya, saya sempat protes secara tidak langsung sama Tuhan bahwa saya ini tidak pernah melanggar aturan-aturan lalu-lintas seperti pada umumnya pengendara motor yang bisa ugal-ugalan, terobos lampu merah, ga pake helm, lampu ga pernah dinyalakan (siang/malam), naik trotoar, ga punya SIM, plat nomor motor ga jelas, dll. Tapi kok Tuhan izinkan saya ditilang dengan ketidaksengajaan saya untuk melanggar, mana mungkin saya ada niat melanggar karena saya melintasi polisi itu saat melanggar. Saya agak kesal, tapi Tuhan ingatkan untuk tetap setia. Padahal saya sempat protes mendingan saya suka melanggar aturan lalin saja karna sama saja toh tetap kena tilang-tilang juga, karena saya merasa tidak adil sepertinya mereka yang suka melanggar itu baik-baik saja dengan polisi, mungkin. Saya tahu saya jatuh karena kebodohan saya, tapi saya tetap putuskan untuk tetap setia dalam mengikuti aturan lalin, biar lampu lalin masih merah tapi jalan sepi dan orang di belakang sudah klakson-klakson saya tetap tunggu lampu hijau baru jalan, saya tetap tahan diri ketika yang lain naik trotoar saya tidak, saya tetap selalu menyalakan lampu, saya tetap pakai helm kemanapun walau jaraknya dekat, saya tetap mengendarai motor dengan sopan, cuma berani agak kencang saat jalan benar-benar lengang karena sudah malam harus segera pulang.

Mungkin kita pernah merasa malu dan ga layak lagi datang ke Tuhan lagi karena kita merasa jatuh terus dalam dosa-dosa yang sepertinya sulit kita taklukkan, seperti: rokok, alkohol, pornografi, perzinahan (dosa seksual), kata sia-sia (perkataan kotor), pikiran kotor, melanggar aturan-aturan dimanapun, suka marah-marah, suka gossip, narkoba, berkelahi, dll. Akan tetapi ayat Amsal 24:16 tadi itu mengatakan bahwa orang benar akan tetap bangkit walaupun ia sering terjatuh (tujuh kali jatuh dimaksudkan sudah banyak kali jatuh), dan kita adalah orang-orang yang dibenarkan Allah dalam Kristus Yesus, Dia mau kita tetap bangkit dan berjalan tegap ketika kita jatuh dalam dosa kita. Jangan kita malah tidak mau lagi datang ke Tuhan karena perasaan bersalah itu, jika seperti itu justru iblis yang akan senang. Tuhan mau kita tetap datang kepadanya dengan mengakui salah dan mencoba bangkit dan berjalan dengan tegap untuk melawan dosa tersebut. Dia tidak mau kita berlama-lama "menikmati" kejatuhan dalam dosa kita dengan perasaan bersalah seperti kerbau dalam kubangan. Jangan kita berpikir, "buat apa gua ke gereja lagi cari Tuhan gua ini kan udah ga layak, gua sering jatuh terus ke dalam dosa, buat apa gua tetap pertahankan buat bangkit lagi, toh sama aja hasilnua."

Saya sendiri sering merasa saya tidak layak datang kepada Tuhan karena dosa-dosa yang masih jatuh bangun saya hadapi, sampai dulu pernah saya tidak datang kepada Tuhan berhari-hari lamanya, dan hidup jadi terasa hampa dan aneh tanpa Tuhan. Jadi saat ini pola pikir saya sudah berubah saya akan langsung bangkit kepada Tuhan untuk meminta ampun kepada Tuhan ketika saya jatuh dalam dosa yang dimana saya harus terus berjuang melawannya, dan memohon Tuhan jangan meninggalkan saya, serta terus bertekad untuk berjalan terus bersama Tuhan.

So, kalau ada dari kita yang masih suka jatuh dengan dosa-dosanya yang dimana kita harus terus berjuang melawannya, tetap bangkit terus dan langsung datang pada Tuhan cari wajah-Nya untuk pengampunannya dan mohon kekuatannya untuk bisa berjalan terus dengan komitmen yang baru, jangan pergi dari Tuhan karena akan tambah buruk konsekuensinya. Tetap berjuang sobat! Tuhan tidak mau kita terjebak dengan keterpurukan perasaan bersalah kita dan terus berjuang sampai bisa berjalan dalam kekudusan dan tidak pernah jatuh lagi karena kuat kuasa dari Tuhan. Saya pun akan terus berjuang melawan diri sendiri yang rentan terhadap dosa, tapi jangan pakai kekuatan sendiri yah...
GBU!

Rabu, 18 Januari 2012

Siapa yang menang?


Seorang Indian Amerika sedang memberikan sebuah kesaksian tentang pencobaan. Ia berkata, "saudara-saudari, saya seolah-olah sedang memiliki dua ekor anjing yang terus berkelahi dalam pikiran saya. Yang seekor sangat baik, cantik, dan berbulu putih. Ia selalu melindungi kepentingan-kepentingan saya. Seekor lainnya sangat jahat, berbulu hitam dan selalu mencoba merusak banyak hal yang ingin saya bangun."

Salah seorang pendengarnya bertanya kepadanya, "Anjing manakah yang menang?"

Orang Indian itu menjawab dengan cepat, " Anjing yang pertama, karena terus-menerus diberi makan."

Pesan yang tersirat dari cerita ini mengatakan bahwa, "jika kita selalu memberi makan jiwa dan roh kita dengan berjalan di dalam roh, maka kita tidak akan memberi makan dan menuruti hawa nafsu."

diketik ulang dari buku "Setetes Embun bagi Jiwa #2, Timotius Adi Tan"