Kamis, 30 Juni 2016

Perkataan


Amsal 18: 21                                                                                                                                   "Hidup mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."



"Sepi nih perekonomian sekarang, dagang apa aja sepi .. Gua jual mobil sama percetakan juga sepi", kata seorang teman bermain futsal di lapangan. Lalu seorang teman yang satu lagi merespon, "ahh siapa bilang ?? Gua sih masih rame, barang-barang banyak yang pesen, lancar bisnis gua ". Ya kira-kira seperti itulah dia menjawab.

Padahal sebenarnya belum tentu bisnisnya benar-benar lancar, dia hanya tidak ingin ada kata negatif yang didengar sampai masuk ke pikirannya. Bahkan saat hendak bermain futsal, dia selalu menguatkan timnya bahwa mereka akan menang, dan mecoba katakan itu ke tim lawannya agar timnya tidak kalah sebelum bertanding, ya meskipun masih bisa kalah tapi setidaknya dia sudah menyebarkan energi positif dengan perkataannya. Dia selalu membalikkan perkataan negatif orang sekitarnya tentang kondisi yang ada, dia selalu mengusahakan kata positif meskipun kenyaataannya atau faktanya sedang buruk. Mungkin terdengar seperti sombong tapi ini berbeda dengan sombong, karena tidak ada maksud menyombongkan diri, hanya ingin ada energi positif untuk menatap masa depan. Hal ini pun terlihat dari bisnisnya yang maju yang dia rintis dari sebagai seorang salesman yang keliling-keliling naik motor. Dan teman saya ini bukanlah orang yang percaya Tuhan Yesus.

Hal yang dilakukan teman saya tersebut juga terus saya usahakan setiap hari. Saya tidak akan biarkan kata-kata negatif, keluhan-keluhan tentang situasi dari mulut orang lain , berita-berita buruk tentang kondisi pasar yang lesu, sikap-sikap negatif dari teman atau orang-orang terdekat membuat saya down. Ketika saya mendengarnya saya akan mengusahakan untuk membalikkannya dengan membicarakannya.

Miris rasanya sering mendengar orang-orang yang mengakui percaya Tuhan tapi yang keluar dari mulut bibirnya adalah kata keluhan, kata negatif, sakit hati, ketakutan karena situasi, tidak ada optimisme, tidak ada iman. Sering saya dengar memperkatakan kata-kata: "aduh susah, ahh ga mungkinlah, aduh kacau, habislah hidupku, mati aku, sepertinya mustahil, ga mungkin, zaman susah gini, aduh sakit-sakitan gue, aku tuh emang begini orangnya penakut, aku emang suka sakit-sakitan, dll ". Kata ini tidak hanya yang langsung keluar dari mulut tapi juga yang ditulis di status, karena perkataan kita itulah iman kita. Ya kan ???

Kalau sudah kondisinya buruk, sebaiknya tidak perlu lagi dibahas karena akan semakin memburuk di pikiran kita dan tubuh kita tanpa kita sadari. Kalau memang belum bisa mengatakan pembalikannya yaah setidaknya diam saja dengan tidak mengeluarkan kata negatif tersebut, tapi alangkah baiknya jika sudah bisa mengeluarkan kata yang positif untuk pembalikan. Soal kata ini sebenarnya adalah masalah kebiasaan. Bila sudah biasa mengatakan hal-hal negatif maka kata negatif yang keluar dari mulut tersebut kadang bisa secara tidak sadar dibicarakan, maka diperlukan kerja keras dan kekuatan Tuhan untuk mengubah kebiasaan buruk ini. Seperti yang saya sampaikan di atas tadi sebaiknya minimal belajar diam saja saat ingin mengatakan hal negatif tersebut. Saat level diam sudah terlewati, belajarlah katakan hal-hal positif saat kondisi sedang baik maupun tidak baik.

Contohnya seperti saat kondisi sedang tidak baik dan rasanya kita ingin sekali katakan keluhan-keluhan dan bercerita kepada orang lain dengan rasa mengasihani diri sendiri (bisa mengatakan langsung atau membuat status di sosial media), maka tahanlah mulut kita dan tahanlah keinginan untuk mengatakan atau membuat status di sosial media, lebih baik kita curhat dengan Tuhan dan meminta pertolongan. Karena dengan bicarakan hal-hal negatif tersebut tidak membuat kita lebih baik justru membuat kita lebih down , tidak semangat, galau, gelisah, intinya tidak 'membantu' sama sekali. Seperti satu ayat di Amsal 25:20 yang mengatakan, "orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti luka pada luka."

Setelah tidak pernah lagi 'menyanyikan nyanyian sedih', nah saatnya belajar perkataan hal-hal yang terdengar lebih baik. Saya ingat seorang kontak saat ada sesuatu yang sulit dia tidak mengatakannya "susah" atau "sulit" tapi yang dia katakan adalah "tidak mudah" atau "menantang", jadi dia tetap mengatakannya dan tidak perlu berbohong, dia hanya mengganti perkataannya dengan suatu kata yang lebih menguatkan. Coba saja rasakan bedanya kata "susah" dengan tidak mudah, kata "sulit" dengan "menantang", beda kann ... Contoh lainnya saat sedang sakit, kita bisa katakan "kurang fit". Saat dagangan lagi sepi, kita bisa katakan "lagi belum banyak orderan" atau mungkin ada kata yang lain yang setidaknya terdengar lebih baik.

Nah, saat sudah melewati tahap di atas, saatnya kita belajar membalikkan kondisi situasi yang kita alami dengan perkataan kita yang positif dengan iman sehingga jiwa kita jadi lebih kuat, kita lebih semangat dan percaya bahwa cepat atau lambat keadaan akan jadi lebih baik. Amin? Seperti: "aku akan sembuh dan akan mengalami mujizat sehinggamenjadi kesaksian", "aku akan mengalami terobosan-terobosan dalam BISNISKU dan Tuhan akan memulihkan BISNISKU bahkan akan jadi lebih besar dari sekarang", "keluargaku akan dipulihkan menjadi keluarga yang harmonis dan diberkati," aku diberkati dalam segalah hal dan aku akan bersukacita apapun yang terjadi Tuhan selalu besertaku ", dll.

Saya sendiri pun masih belajar terus dengan pelajaran yang satu ini, sempat jatuh tapi tetap belajar karena memang ini butuh proses sampai jadi sebuah kebiasaan. Kalau ditanya sudah d level mana ya saya memang sudah di pembalikkan tapi masih belum sering membalikkan, tapi untuk memperkatakan kata yang lebih baik saya sudah cukup biasa.
Jadi ingat, jangan biarkan mulut kita ini membuat hidup kita lebih buruk dengan memakainya jadi kutuk atas hidup kita sendiri atau orang lain, akan tetapi pakailah mulut kita ini untuk memperkatakan yang berkembang, memberkati, memperkuat, mendidik, dan memberikan Tuhan. Mari kita baca Yakobus 3: 1-12 untuk lebih menyegarkan roh kita tentang hal ini.


"Jangan katakan semua yang kau pikirkan, namun pikirkanlah semua yang akan kau katakan." 
- Pdt. Gilbert Lumoindong-