Minggu, 07 November 2010

Gemez...!!



Ikkhh, sebenarnya sudah greget dengan semua hal di luar sana yang dapat semakin merusak citra diri kita. Banyak iklan yang mencoba “mencuci otak” penonton tv, seperti: iklan suplemen untuk badan yang lebih tinggilah, pemutih kulitlah, obat jerawatlah, sabun komedo, iklan rokok yang pria-prianya tangguh naik gunung atau naik kendaraan, dll. Cuma karna ada satu jerawat di pipi aja jadi takut dan malu buat ke acara pesta kecil-kecilan, kalau tinggi katanya kerenz, kalau kulitnya gelap jadi ga pedelah. Akh, ada-ada saja. Tanpa disadari iklan-iklan tersebut sudah membuat kita untuk menilai orang kalo cantik itu harus putih, kalau keren itu harus tinggi, cowo itu macho kalo ngerokok, wadoow…
Biarin dah kali ini saya pakai bahasa yang agak sedikit santai, soalnya saya sudah ga tahan rasanya dan pengen banget nuangin semua rasa greget saya ini. Saya jadi benar-benar berniat menulis artikel ini karna sudah melihat beberapa kali kuis di Facebook dengan judul “seberapa ganteng atau cantikkah kamu?” di home facebook saya, dan banyak yang mengikuti kuis ini dengan bangganya kalau jawabannya adalah ganteng atau cantik. Hey bro/sis, apa iya kita merasa ditinggikan kalau kita kita dibillang ganteng atau cantik, apa iya kita jadi rendah kalau kita dibilang jelek, culun, atau katrok??! Saya rasa tidak begitu.
Saya bersyukur mengetahui Tuhan tidak pernah memandang kita seperti itu, karna apa?! Karna Dialah pencipta kita, bagi Dia semua berharga, semua diciptakan berbeda-beda, tidak ada orang yang sama persis, buktinya dari sekian miliar manusia yang hidup di bumi, sidik jarinya tidak ada yang sama, semua berbeda-beda. Sewaktu kecil saya suka dianggap culun karena rambut saya yang modelnya selalu pendek, cepak gitu, dan saya pun sempat minder sewaktu masih anak-anak. Saat remaja, kata orang saya berubah secara fisik, dan anehnya banyak anak-anak perempuan yang mendekati saya, sampe ada yang bilang saya ganteng (hehe, bukannya narsis neh, tapi begitu ceritanya), sayapun kaget, apa iya saya jadi begitu, tapi saya tidak pernah menganggap seperti yang banyak dibilang orang mengenai fisik saya, saya masih saja ada minder, dan tidak menganggap itu sebagai hal yang bisa disombongkan.
Sewaktu SMA dulu saya pernah meledek teman saya ketika guru bertanya mengenai ruang kelas yang panas, saya bilang: “nih bu ac-nya disedot sama si bomber”, teman saya itu perempuan dan badannya lumayan gemuk. Eh malah saya dimarahin sama bu gurunya, katanya: “kalau kamu bikin kue terus ada yang bilang kuenya jelek dan tidak enak, sapa yang marah dan sedih, kamu atau kuenya?!”, saya jawab dengan malu: “saya bu”. Terus kata si ibu guru: “nah makanya jangan sembarangan ngatain temen kamu, karna kalau kamu ngatain temen kamu, yang sakit hati itu Tuhan yang ciptain”, saya pun malu karna dimarahin di depan semua teman-teman sekelas.
Sejak ikut Tuhan Yesus, saya diajar dan diubahkan pelan-pelan untuk tidak memandang fisik orang, sampai akhirnya sekarang saya pun juga tidak terlalu memusingkan fisik saya, dan saya pun tidak minder lagi atau sombong mengenai kekurangan ataupun kelebihan saya, tapi tetep dunk jaga penampilan, masa urak-urakan, hehe..
Tanpa kita sadari terkadang kita memang melihat seseorang dari fisiknya (bukan penampilannya), entah cantik atau tidak cantik, ganteng atau tidak ganteng, badannya yang langsing atau gemuk, yang gagah atau krempeng. Kita lebih tertarik untuk memandang orang yang berwajah atau berbadan menarik, itulah kemanusiawian kita. Padahal Tuhan menghargai dan memandang kita semua tanpa membeda-bedakan, dan itulah yang pernah Ia ajarkan ke saya untuk melihat semua manusia itu berharga betapa hancurnya orang itu, betapa jeleknya jika dilihat dengan mata kita ini yang terbatas, betapa menyebalkannya orang itu bagi perasaan kita. Memang tidak mudah untuk itu, tapi saya tetap mencoba untuk memiiki pandangan yang sama sepertiNya kepada semua orang yang saya temui dan saya tidak mau lagi menilai orang dari fisiknya karna tampilan fisik orang itu adalah ciptaan Tuhan, bukan dari orang itu yang membentuknya sendiri. Jadi tidak ada yang bisa diminderin atau disombongin lagi pada diri kita, terutama fisik, karena itu dari Tuhan semua. So, marilah kita memandang sesama kita seperti Tuhan memandang kita. Amin?!