Hari ini entah kenapa ada kata “hilang” di dalam kepala saya. Saya pernah melayat teman dari teman saya (ngerti kan maksudnya?!), keluarganya kehilangan sosok ibu itu yang sudah dipanggil Tuhan, tapi mereka tetap bersyukur untuk apa pun itu yang terjadi. Saya tidak akan bahas mengenai sikap keluarganya atas kejadian ini, tapi saya hanya ingin mengingatkan kita mengenai hubungan antara kata “kehilangan” dan “menghargai”.
Terkadang kita baru merasa betapa berharganya sesuatu yang ada pada kita tersebut telah hilang atau tak dapat lagi kita rasakan atau kita miliki. Seorang pemuda/pemudi baru sadar bahwa pacarnya itu sangat berharga ketika pacarnya itu meminta ‘putus’, akan tetapi semua sudah terlambat untuk berubah. Seorang suami/istri baru sadar bahwa pasangannya itu sangat berarti ketika pasangannya itu telah pergi meniggalkannya, padahal sewaktu masih ada tidak pernah dihargai. Seorang yang baru saja dipecat baru menyadari bahwa pekerjaannya itu sangat berharga, tetapi (lagi-lagi tetapi) semua sudah terlambat untuk disesalkan, padahal dulunya pekerjaannya itu tidak dijalankan dengan sebaik mungkin.
Seorang teman saya begitu merasa menyesal setelah dia meninggalkan sekolahnya hanya untuk hal-hal yang sementara dan sikap emosional sesaat, akhirnya ia pun mengakui seharusnya ia tetap sekolah untuk masa depan yang lebih baik (meskipun tidak semua orang yang putus sekolah di tengah jalan tidak dapat menjadi orang yang sukses diantara orang yang berpendidikan). Ada juga orang yang sudah tahu kalau kesehatan yang seutuh tidak bisa ia miliki lagi, barulah ia menghargai yang namanya kesehatan dengan menjaga gaya hidupnya, weh kenapa ga dari dulu aja sebelum sakit?!
Kita tidak harus merasakan apa yang juga dirasakan orang lain seperti kehilangan–kehilangan di atas tadi baru kita mau belajar menghargai apa yang pernah kita miliki. No lah! Don’t be like that lah! Kan kita juga bisa belajar dari pengalaman orang lain. Hidup ini terlalu singkat kalau kita harus jalani semua pengalaman yang sama dengan orang lain.
Hargailah apa yang ada pada kita mulai dari sekarang, entah itu pakaian, hp, laptop (komputer), jam tangan, sepatu, kendaraan (mobil / motor –dari kantor atau bukan-), uang, makanan, tempat tinggal (kost, rumah, kontrakan, dll), kesehatan, pasangan, sahabat, pekerjaan, studi, orang tua, saudara, atasan, bawahan, rekan kerja, kolega bisnis, dan apapun itulah pokoknya, whatever...
Apakah kita harus kehilangan semuanya itu baru kita mau belajar menghargainya?!? Ya ga lah yah! ^_-
So, hargailah hidup kita yang terdiri dari apa yang kita miliki dan yang kita rasakan tersebut...!!
Men : Slmt Pagi Tuhan, sekiranya Tuhan punya waktu sedikit aku ingin bicara.
GOD : Ooo..waktukU adalah KEKEKALAN, tdk ada masalah ttg Waktu. Apa pertanyaanmu?
Men : Tks.. Apa yg paling mengherankan bagiMU tentang kami manusia?
GOD : Hahaha.. kalian itu makhluk yg aneh.
*. Pertama, suka mencemaskan masa Depan, sampai lupa hari ini.
*. Ke2, kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.
*. Ke3, kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa. Namun stlh dewasa rindu lagi jadi anak2 : suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal2 sepele.
*. Lalu Ke4, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, ttp membayarnya kembali utk mengembalikan kesehatan itu.
Hal2 begitulah yang membuat hidup kalian susah.
Men : Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA ?
GOD : sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian : Suka Melupakan nasihatKU.
-. Baiklah Ku ulangi lagi ya beberapa yg terpenting
1. kalian harus sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki. jadi jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.
2. Ingat : "siapa" yang kalian miliki itu lbh berharga dari pada "apa" yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.
3. Jgn bodoh dgn cemburu dan membandingkan yg dimiliki org lain. Melainkan Bersyukurlah dgn apa yg sdh kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yg kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis Rejeki yg akan mengejar kalian.
4. Ingat orang yg disebut Kaya bukanlah dia yg berhasil mengumpulkan yg paling banyak, tetapi adalah dia yg paling "sedikit" memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kpd sesamanya. Ok?
Yg terpenting buat kamu pribadi yg sdg membaca ini, bisa mengerti dan bertindaklah.
Ingat janji ini :AKU Tidak Akan Meninggalkanmu
Pada awal bulan November 2009 saya bergumul untuk pindah kost ke tempat yang lebih baik. Tepat kost yang saya tempati sudah tidak nyaman bagi saya, rasanya sudah tidak ada damai sejahtera di sana, dan terkadang Saat Teduh jadi benar-benar tidak “teduh”, maklum kost saya ini masih di daerah “panas” Mangga Besar. Sebelah kamar saya ditempati oleh pasangan “kumpul kebo” –pasangan yang tinggal bersama tanpa terikat komitmen suami-istri– yang baru pindah beberapa bulan, mereka selalu membuat keributan bila sedang bertengkar maupun akur. Selain itu kamar mandi yang dipakai buat kepentingan bersama pun tidak dijaga kebersihannya, puntung rokok dibuang sembarangan, piring kotor diletakkan sesukanya, sampah pun tidak dibuang dengan semestinya oleh orang-orang baru yang menempati kost tersebut. Oohh rasanya saya sudah tidak tahan beberapa bulan ini dengan perubahan yang buruk di kost saya itu. Ini semua karena pemilik kost yang sudah tidak peduli dengan orang yang tinggal di kost itu asalkan mau bayar mahal. Jujur saja saya mungkin termasuk yang paling murah membayar kost di sana, tapi karena saya sudah lama dan tidak bermasalah, jadi dia tidak “enak hati” untuk menaikkan uang kost saya.
Sampai suatu hari saya berdoa kepada Tuhan (lebih tepatnya curhat) dengan Tuhan mengenai ketidaknyamanan yang saya rasakan di tempat kost saya ini beberapa bulan, dan saya minta Tuhan untuk memberi jalan bagi saya untuk bisa mendapat kost yang baru yang nyaman, letaknya strategis, yang pemiliknya adalah anak Tuhan, dan cukup murah bagi saya karena saya harus membayar uang kost saya sendiri setelah bekerja, sebelumnya saya masih disubsidi oleh kakak perempuan saya untuk membayar kost. Akan tetapi saya mengembalikan kepada Tuhan, sesuai dengan kehendakNya saja yang terjadi.
Tentunya saya tidak hanya berdoa, tapi saya yang berusaha mencari-cari kost yang baru dengan bertanya kepada teman-teman saya dan mencarinya sendiri. Akhirnya saya bertanya dengan teman baru saya yang baru saya kenal saat pelayanan di salah satu ministry di Jakarta, dia memberi tahu bahwa murid les-nya ada yang punya usaha kost-kostan milik orang tuanya di daerah sekitar jembatan lima dan ia pun memberitahukan kepada saya alamatnya, lalu saya datang ke kost tersebut dan melihat-lihat, kebetulan cukup dekat dengan kantor saya, pemilik kost memberikan potongan uang kost dan ia pun menawarkan kamar yang besar yang biasa dipakai untuk pasangan suami-istri dengan harga untuk kamar yang lebih kecil, mungkin karena saya kenalan guru les anaknya, tapi masalah cucian saya harus membayar tukang cuci lagi. Saya merasa nyaman dan tertarik, apalagi pemilik kostnya baik, lalu saya pulang dan menggumulkannya dengan berkonsultasi dengan orang tua dan teman-teman dekat saya melalui telepon, dan dengan Tuhan tentunya. Saya datang lagi untuk kedua kalinya ke kost tersebut tapi kali ini saya bersama dua orang teman dekat saya, saya ingin mereka memberikan masukkan, mereka juga cukup tertarik, dan pemilik kost memberi info bahwa tukang cucinya minta dibayar seratus dua puluh ribu untuk mencuci pakaian saya nantinya, dan saya piki saya lebih baik saya mencuci sendiri pakaian saya daripada harus bayar sebesar itu untuk cucian saya yang tidak banyak ini.
Lalu saya pun pulang dan sudah mantap untuk pindah, tetapi ada yang mengganjal di hati saya, saya melihat ada tempat untuk meletakkan dupa untuk orang kongfucu sembahyang –kepercayaan nenek moyang keturunan Chinese. “Ya Tuhan, ini tidak sesuai dengan kerinduanku, padahal semua sudah cocok, dan pemiliknya juga kelihatannya baik”, kataku kepada Tuhan di dalam doa. Singkat cerita akhirnya saya memutuskan untuk pindah pada akhir bulan, tepatnya tanggal 28 November 2010. Ada masalah lagi, tidak ada teman yang bisa membantu saya untuk membantu saya memindahkan barang2 saya yang berat-berat ini, hanya ada papa saya yang membawa mobil dari rumah di Serpong yang sebenarnya tidak cukup untuk memindahkan semua barang saya dalam sekali jalan. Saya pun berdoa lagi minta tolong Tuhan untuk masalah yang satu ini.
Paginya saya sudah bersiap-siap membereskan semua barang saya untuk diangkat dengan papa saya, seorang teman saya menyatakan bahwa dia bisa datang utnuk membantu, tapi dia berpesan tidak bisa mengangkat barang-barang yang terlalu berat karena dia tidak pernah bekerja terlalu berat dengan tubuh kurusnya itu. Kami bertiga pun memindahkan semua barang saya sampai tiga kali dengan mobil pribadi yang kecil itu, dan akhirnya jam tiga sore semuanya selesai dengan keringat yang bercucuran, dan tanpa disadari ternyata teman saya itu juga ikut mengangkat barang-barang saya yang berat. Setelah selesai semua, papa saya pulang lagi ke Serpong dan saya membereskan semua barang saya di kamar kost baru saya dibantu oleh teman saya itu. Kami berdua bersyukur akhinya selesai juga dan ia sangat bersyukur ternyata tubuhnya tidak serenta yang dikira, dan ia senang bisa membantu bekerja seperti itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya dan kami tidak henti-hentinya mengucapkan syukur. Tidak hanya itu yang kami syukuri, pemilik kost memberikan bantuan agar cucian saya digabung saja dengan keluarganya yang dicuci oleh tukang cucinya, dan dia mengaku dengan tukang cucinya bahwa saya ini keponakannya jadi cucian saya bisa digabung. Wah Tuhan sungguh baik, dia memperdulikanku dan menjawab doaku sesuai kehendakNya. Sekitar beberapa hari kemudian saya berbincang-bincang dengan pemilik kost, dan ternyata dia adalah anak Tuhan dan rajin ke gereja, di hati saya pun tidak menyangka dan senang sekali rasanya. Ternyata tempat dupa itu adalah bekas orang kost yang dulu pernah tinggal di kost ini, dan pemilik kost merasa tidak terganggu sampai harus mencabutnya. Saya pun masuk ke kamar saya untuk menaikkan ucapan syukur saya, ternyata Tuhan menjawab semua doa saya, saya sangat mengucap syukur.
Saya yakin Dia sangat memperdulikan kita untuk setiap pergumulan kita. Doa yang kita mohonkan kepadaNya pasti didengar dan dijawabnya tepat pada waktunya, yang penting yang kita doakan itu sesuai dengan kehendakNya. Burung pipit di udara saja diberiNya makan ketika burung-burung itu mencari makannya di luar sana, masakan kita anak-anakNya yang lebih berharga di mataNya tidak dicukupkanNya??!